[Ulasan] Amaama to Inazuma – (Si Manis dan Petir)

Keluarga Amaama to Inazuma - Gido Amagakure©Kodansha/Komite Produksi Amaama to Inazuma
Keluarga Amaama to Inazuma – Gido Amagakure©Kodansha/Komite Produksi Amaama to Inazuma

Amaama to Inazuma merupakan anime dengan sentuhan drama yang hangat. Di mana kita akan disajikan dengan tontonan sebuah keluarga kecil yang kehidupannya penuh dengan suka dan duka.

Cerita

Sebelumnya saya bilang drama yang hangat, maksudnya drama di sini adalah cerita keluarga. Cerita seperti ini biasanya ada adegan permusuhan tapi nanti baikan lagi. Dan memang seperti itulah, apalagi dalam keluarga yang biasanya akan canggung kalau meminta maaf setelah melakukan kesalahan.

Oh iya, anime ini bercerita tentang seorang ayah dan anak perempuannya yang masih TK. Eh, TK apa paud, ya? Ibunya sendiri sudah tiada, dan Kouhei sang ayah pun memulai kehidupan barunya mengurus anak tanpa ibu. Sekilas saya jadi ingat Usagi Drop, hanya saja kasusnya sedikit berbeda. Kalau di usagi drop, si anak itu benar-benar penurut. Sedangkan di sini harus diuruskan dengan sifat seorang anak kecil yang terkadang egois dan menyebalkan. Mau tidak mau, Kouhei harus sabar dan mencari cara untuk kebahagiaan anaknya.

Cerita Sampingan?

Di samping itu, apa yang saya jelaskan di atas bukanlah inti cerita. Yah, pada dasarnya intinya memang membahagiakan anak. Tapi entah kenapa saya merasa hal itu seperti cerita sampingan. Karena anaknya, sebut saja Tsumugi, dia ini suka sekali makan. Dan kebetulan Kouhei tidak bisa memasak. Omong-omong, Kouhei ini seorang guru. Dalam anime ini, Kouhei bertemu dengan muridnya bernama Kotori Iida. Kotori memiliki warung yang saat ini sepi pelanggan dikarenakan ibunya harus bekerja sebagai koki dalam acara masak-memasak dalam salah satu stasiun TV.

Kotori mengajak Kouhei dan Tsumugi untuk makan di warungnya (Jangan bayangkan cara mengajaknya, karena saya tidak akan memberi tahu). Kebetulan saat itu sedang tidak ada nasi. Padahal Tsumugi sendiri ingin memasak nasi, jadi mulailah Kotori memasak nasi. Mulai dari situ Kouhei sering mampir ke warung dengan “makan” menjadi alasannya.

Tapi, meski begitu alasan tersebut bukanlah yang utama. Alasan Kouhei sering mampir adalah untuk membuat makanan. Benar, setelah kejadian memasak nasi yang hasilnya enak, Kotori mulai berani mengajak Kouhei ke warungnya. Hanya saja, kali ini memasak makanan yang lumayan rumit. Masalahnya, Kotori tidak berani memegang pisau, dia memiliki trauma mendalam terhadap pisau dapur. Jadilah Kouhei membantu memasak bagian potong-memotong. Dari situlah, cerita ini jadi berubah dari kisah Bapak dan Anak menjadi Warteg Kebahagiaan Bapak dan Anak.

Alurnya sendiri lambat dengan disisipkan kilas balik di beberapa episode. Ini merupakan hal bagus, karena agar penonton tahu bagaimana kehidupan Kouhei dan Tsumugi dahulu. Selain itu, meski setiap episodenya memiliki cerita berbeda, tapi semua itu tetap terhubung dan ada saja kaitannya.

Bukan hanya menyorot kehidupan Kouhei dan warteg tersebut, kadang masuk ke dalam kehidupan Tsumugi dalam sekolahnya. Maksudnya, ada saja drama dalam sekolah Tsumugi. Misal bertengkar dengan anak lain, atau hal semacamnya.

Grafis

Biasa saja, sih. Tidak ada yang spesial. Karakter Tsumugi di sini juga dibuat imut. Hanya saja, untuk karakter Kotori dan Ibunya menurut saya lumayan unik dari segi penggambarannya. Sedikit berbeda dari yang lain.

Karakter

Setiap karakter di sini dibangun dengan lumayan menarik. Sifat Tsumugi yang kekanak-kanakan pun dibuat dengan cukup baik. Mulai dari keegoisannya, nakal, dan yang lainnya sangat cocok dengan karakternya sebagai anak kecil. Sampai-sampai Kouhei dibuat repot sama tingkah Tsumugi. Untungnya dalam beberapa kasus, Tsumugi lumayan penurut. Meski tetap saja di ini enggak mau kalah.

Oh iya, ada satu lagi karakter yang tidak saya sebutkan, yaitu Yuusuke Yagi. Dia ini sahabatnya Kouhei. Kalau tidak sibuk, kadang Yagi ini yang menemani Tsumugi main di kala si Kouhei masih mengajar di sekolah. Karakternya ini benar-benar anak muda banget. Tapi dia jago memasak.

Musik

  • Lagu Pembuka: Harebare Fanfare 「晴レ晴レファンファーレ」 oleh MimimemeMIMI
  • Lagu Penutup  : Maybe oleh Brian the Sun

Nyanyian lagu pembuka benar-benar terasa menyenangkannya, terlihat dari ilustrasi yang memperlihatkan bahagianya kehidupan ayah dan anak. Sedangkan lagu penutupnya sungguh melo. Untuk efek suara dan lainnya saya tidak komentar. Karena memang tidak ada yang spesial di sini.

Kenikmatan Menonton

Cukup menarik menarik bagi saya. Bagi yang suka drama keluarga, mungkin saya sarankan untuk menonton. Tapi jangan berharap lebih, ya. Tapi tenang saja, dramanya enggak kebangetan, kok. Justru rendah konflik di sini.Karena memang setiap episode pasti ada saja makan-makannya. Sudah kayak Koufuku graffiti. Isinya cara-cara membuat makanan.

Mungkin ada yang mau rekomendasi anime sejenis tapi lebih baik dan bagus (setidaknya menurut saya). Saya sarankan nonton Usagi Drop, animenya cocok banget buat yang suka cerita tentang kehidupan.


Penilaian
Overall
8/10
8/10
  • Cerita - 8/10
    8/10
  • Grafis - 7/10
    7/10
  • Karakter - 9/10
    9/10
  • Musik - 8/10
    8/10
  • Kenikmatan - 8/10
    8/10

About irzie

Seorang pengulas amatir yang ingin terus meningkatkan kemampuannya. Ada perlu? Kontak saya di twitter @irzie_

View all posts by irzie →

2 Comments on “[Ulasan] Amaama to Inazuma – (Si Manis dan Petir)”

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.